Hari ini saya mendapat tamu istimewa, pasangan Ny. N(34 th) dan Tn. AA. Mereka adalah pejuang fertilitas melawan AMH rendah. Tekad dan kemauan yang tinggi menjadi faktor utama keberhasilan ini. Berulang kali menjalani IVF dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh tidak menyurutkan hati sehingga akhirnya mereka mendapatkan kebahagiaan. Sang istri, didiagnosis dengan AMH yang rendah (0,1 ng/mL) dan setelah 3 kali menjalani IVF siklus natural akhirnya berhasil hamil, dan sekarang telah mencapai kehamilan 25 minggu.
AMH rendah, diasosiasikan dengan infertilitas, sulit menjadi hamil, dan juga kesulitan/kegagalan program IVF. AMH (Anti Mullerian Hormon) menunjukkan cadangan telur yang masih tersisa dari seorang wanita. Seiring meningkatnya usia, AMH akan semakin menurun. Rata-rata AMH gadis usia 20 tahun sebesar 3,5 ng/mL, dan wanita berusia 40 tahun sekitar 1,0 ng/mL. Semakin mendekati menopause, AMH akan semakin turun mendekati 0. Selain usia, banyak faktor yang menyebabkan AMH rendah, diantaranya adalah genetik (bawaan), penyakit indung telur, dan riwayat operasi kista.
Pada program IVF, pasien dengan AMH rendah menimbulkan kesulitan tersendiri. Wanita dengan AMH rendah ( <1,2 ng/mL) masuk dalam kriteria “Poor Responder”. Mereka akan memberikan respon buruk pada pemberian hormon FSH yang bertujuan memperbanyak folikel (kantong telur). Pemberian hormon yang banyak tidak akan dapat memperbanyak telur seperti yang diharapkan (karena cadangan telur yang sudah rendah).
Meskipun menyulitkan, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. IVF siklus natural merupakan pilihan untuk wanita poor responder. Dengan hanya berbekal 1 folikel (1 telur) maka fertilisasi dapat dilakukan untuk usaha mendapatkan 1 embryo.
Pada akhirnya, bukankah kita hanya membutuhkan satu embryo sehat (yang berasal dari satu telur dan satu sperma), untuk mendapatkan satu bayi yang sehat?
Simak informasi LITERASI lainnya :